Belbuk.comtoko buku onlineBuku Original021-4202857
Topik:
 

Tidak Ada Kesuksesan dan Kegagalan dalam Hidup

Oleh Belbuk.com, 22/03/2025
Tidak Ada Kesuksesan dan Kegagalan dalam HidupBab "Keberuntungan dan Risiko" dalam buku The Psychology of Money oleh Morgan Housel membahas konsep keberuntungan dan risiko dalam kehidupan finansial dan keputusan ekonomi. Bab ini menyoroti bagaimana faktor di luar kendali individu sering kali berperan dalam kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam dunia keuangan.

Realitas Hidup Dipengaruhi oleh Keberuntungan dan Risiko


Bill Gates bersekolah di salah satu di antara segelintir SMA di dunia yang punya komputer, yiatu di Lakeside School. Dan cerita bagaimana Lakeside School mendapat komputer berawal dari ide salah seorang guru matematikanya yang bernama Bill Dougall. Dia berpendapat bahwa belajar dari buku saja tidak cukup. Maka dia mengajukan permintaan kepada Lakeside School Mother's Club untuk menggunakan hasil acara obral tahunannya untuk menyewa satu komputer Teletype Model 30 yang disambungkan ke terminal mainframe General Electric untuk berbagi waktu komputer. Sebagian besar sekolah pascasarjana universitas saja tidak punya komputer secanggih yang Bill Gates bisa akses pada waktu dia kelas delapan. Dan Gates tak bosan-bosannya menggunakannya.
Advertisement:
Teman sekelas Gates, Paul Allen, juga terobsesi dengan komputer sekolah dan keduanya langsung berteman baik. Komputer Lakeside bukan bagian kurikulum umum, melainkan termasuk program studi independen. Bill dan Paul dapat mengotak-atiknya dengan santai, membiarkan kreativitas mereka menggila, sesudah jam sekolah, sampai larut malam pada akhir minggu. Mereka segera menjadi ahli komputer.

Ketika sedang memakai komputer sampai larut malam, Allen ingat Gates menunjukkan majalah Fortune dan berkata, "Bagaimana rasanya ya menjalankan perusahaan Fortune 500?" Allen bilang dia tidak tahu. "Barangkali kita akan punya perusahaan komputer sendiri nanti," kata Gates. Dan Microsoft sekarang bernilai di atas satu triliun dolar.

Sedikit matematika. Menurut PBB, pada tahun 1968 di seluruh dunia kira-kira ada 303 juta orang yang umurnya masuk masa sekolah menengah atas. Sekitar 18 juta di antara mereka hidup di Amerika Serikat. Sekitar 270.000 hidup di negara bagian Washington. Sedikit di atas 100.000 hidup di daerah Seattle. Dan hanya sekitar 300 yang bersekolah di Lakeside School. Mulai dengan 303 juta dan berakhir dengan 300. Satu di antara sejuta siswa SMA bersekolah di sekolah yang punya kombinasi uang dan wawasan untuk membeli komputer. Bill Gates kebetulan adalah salah satunya. Gates tak malu mengakuinya. "Jika tak ada Lakeside, tak bakal ada Microsoft," katanya kepada para lulusan sekolah itu tahun 2005.

Gates sangat cerdas, juga pekerja keras, dan sebagai remaja dia punya visi tentang komputer yang bahkan sulit dimengerti eksekutif komputer berpengalaman. Dia juga punya keuntungan satu dibanding sejuta karena bersekolah di Lakeside. Tetapi salah seorang teman Gates, yang bernama Kent Evans, mengalami dosis kuat saudara dekatnya keberuntungan, yaitu risiko. Bill Gates dan Paul Allen menjadi nama-nama terkenal berkat keberhasilan Microsoft. Namun, di Lakeside ada anggota ketiga geng anak SMA penyuka komputer. Kent Evans dan Bill Gates menjadi teman baik di kelas delapan. Menurut Gates, Evans adalah anak terpintar di kelas. Evans sama ahlinya menggunakan komputer dengan Gates dan Allen. Lakeside pernah kesulitan membuat jadwal kelas secara manual. Sekolah menugasi Bill dan Kent, yang masih anak-anak, untuk membuat program komputer guna memecahkan masalah itu. Programnya berfungsi dengan baik.

Tak seperti Paul Allen, Kent punya otak bisnis dan ambisi tanpa batas seperti Bill. "Kent selalu bawa tas besar seperti tas pengacara," kenang Bill. "Kami dulu selalu merancang apa yang akan kami lakukan lima atau enam tahun ke depan. Apa kami akan jadi CEO? Dampak seperti apa yang dapat kami buat? Haruskah kami jadi jenderal? Jadi duta besar?" Apa pun itu, Bill dan Kent tahu mereka akan melakukannya bersama-sama.

Kent bisa saja menjadi salah seorang pendiri Microsoft bersama Gates dan Allen. Namun itu tak terjadi. Kent meninggal dalam kecelakaan ketika naik gunung sebelum lulus SMA. Tiap tahun ada sekitar tiga lusin kematian orang yang naik gunung di Amerika Serikat. Peluang tewas di gunung ketika masih SMA kira-kira satu banding sejuta. Bill Gates mengalami keberuntungan satu banding sejuta dengan berada di Lakeside. Kent Evans mengalami risiko satu banding sejuta dengan tidak pernah menyelesaikan apa yang dia dan Gates mau lakukan. Kekuatan yang sama, kadar peluang yang sama, bekerja ke arah yang berlawanan.

Keberuntungan dan risiko sama-sama merupakan realitas bahwa tiap hasil dalam hidup dipengaruhi kekuatan-kekuatan selain upaya individual. Keduanya terjadi karena dunia terlalu kompleks untuk memperkenankan 100% perbuatan kita menentukan 100% hasil. Kita adalah salah satu orang dalam permainan yang melibatkan tujuh miliar orang lain dan banyak sekali bagian yang bergerak. Dampak tindakan kebetulan di luar kendali kita bisa lebih besar daripada tindakan yang kita sengaja lakukan.

Jika kita menghormati keberuntungan dan risiko selayaknya, kita akan menyadari bahwa kalau kita menilai keberhasilan finansial orang, hasilnya tak akan pernah sebagus atau sejelek kelihatannya.

Hasil Selalu Ditentukan oleh Faktor Keberuntungan dan Risiko


Tidak ada yang benar-benar berpikir keberuntungan tak berperan dalam keberhasilan finansial. Namun, karena sulit mengkuantifikasi keberuntungan dan tidak pantas kalau mengatakan keberhasilan orang disebabkan keberuntungan, sikap yang biasa adalah secara tersirat mengabaikan keberuntungan sebagai faktor keberhasilan.

Dari satu miliar investor di dunia, mungkin 10 di antara mereka menjadi miliarder hanya karena keberuntungan. Tetapi kita tidak akan berani mengatakan itu di hadapan mereka. Ketika menilai pihak lain, mengaitkan keberhasilan mereka dengan keberuntungan, akan membuat kita tampak iri dan jahat, meski kita tahu kaitan itu ada. Dan ketika menilai diri sendiri, mengaitkan keberhasilan dengan keberuntungan juga bisa terlalu mematahkan semangat.

Kegagalan, berupa kebangkrutan dan ketidakberhasilan mencapai cita-cita pribadi, juga disalahgunakan. Apakah bisnis yang gagal itu kurang keras berusaha? Apakah investasi buruk tidak dipikirkan dengan baik? Apakah karier yang mandek disebabkan kemalasan? Kadang, iya. Tentu saja. Namun, seberapa banyak? Sulit mengetahuinya. Segala yang layak dikejar punya peluang berhasil di bawah 100%, dan risiko adalah apa yang terjadi ketika mendapat hasil yang kurang dikehendaki. Sebagaimana dengan keberuntungan, kisahnya jadi terlalu sulit, terlalu berantakan, dan terlalu kompleks jika kita coba urai seberapa banyak suatu hasil disebabkan keputusan sadar atau risiko.

Misalnya kita membeli saham, dan lima tahun kemudian harganya tidak naik-naik. Mungkin kita membuat keputusan buruk dengan membelinya. Mungkin juga kita membuat keputusan bagus yang peluang untungnya 80% dan ada juga peluang ruginya 20%. Bagaimana kita tahu yang mana yang terjadi? Apa kita berbuat kesalahan atau kita menghadapi risiko? Bisa saja mengukur dengan statistik apakah beberapa keputusan itu bijak. Namun, di dunia nyata sehari-hari, kita tidak melakukan itu. Itu terlalu sulit. Kita lebih suka cerita sederhana yang gampang tapi sering menyesatkan.

Sampul majalah Forbes tidak mengelu-elukan investor malang yang membuat keputusan bagus tapi kebetulan mengalami kesialan berupa risiko buruk. Namun, sampul itu jelas mengelu-elukan investor kaya yang membuat keputusan biasa-biasa saja atau bahkan serampangan tapi kebetulan beruntung. Keduanya melempar koin yang sama, kebetulan hasilnya beda.

Bagian yang berbahanya adalah bahwa kita semua mencoba belajar mengenai apa yang ampuh dan tidak ampuh untuk uang. Strategi investasi apa yang ampuh? Apa yang tidak ampuh? Strategi bisnis apa yang ampuh? Apa yang tidak ampuh? Bagaimana caranya jadi kaya? Bagaimana supaya tidak miskin? Kita cenderung mencari pelajaran dengan mengamati keberhasilan dan kegagalan lalu berkata, "Lakukan apa yang dia lakukan, hindari apa yang dia lakukan."

Jangan Mempelajari Keberhasilan atau Kegagalan yang Ekstrim


Cornelius Vanderbilt menjalin sejumlah kesepakatan bisnis untuk memperbesar kerajaan rel keretanya dengan cara melanggar hukum. Vanderbilt luar biasa sukses. Jadi ada godaan memandang sikapnya yang tak peduli hukum sebagai kebijaksanaan. Kita bisa memuji Vanderbilt karena menantang hukum sama dengan kita mengkritik Enron karena melakukan hal yang sama. Padahal barangkali karena salah satu beruntung bisa menghindari jerat hukum, sementara yang satunya lagi sial.

Benjamin Graham dikenal sebagai salah satu investor terbesar sepanjang masa, bapak investasi nilai dan salah satu gurunya Warren Buffet. Namun, sebagian besar keberhasilan investasinya disebabkan kepemilikan atas sejumlah besar saham GEICO yang dia akui sendiri melanggar hampir semua aturan diversifikasi. Di mana garis tipis antara berani dan nekat berada? Graham menulis mengenai keuntungan besar dari GEICO: "Suatu keberuntungan atau satu keputusan sangat cerdas, bisakah dibedakan? Tidak mudah.

Begitu juga kita berpikir bahwa Mark Zuckerberg genius karena menolak tawaran Yahoo senilai 1 miliar dolar pada tahun 2006 untuk membeli perusahaanya. Dia melihat masa depan dan memilih bertahan. Namun kita mengkritik Yahoo dengan sama gencarnya karena menolak tawaran pembelian dari Microsoft dengan berkata: "Orang-orang bodoh itu seharusnya ambil untung selagi bisa!" Apa pelajarannya bagi pebisnis di sini? Kita tidak tahu, karena risiko dan keberuntungan sangat sulit dipastikan.

Jadi, kita harus berhati-hati dengan siapa yang kita puji dan kagumi dan berhati-hati dengan siapa yang kita remehkan dan hindari. Atau, berhati-hati saja kalau menganggap bahwa 100% hasil bisa dikaitkan dengan upaya dan keputusan. Kita harus mengurangi fokus ke individu tertentu dan studi kasus, dan lebih menambah fokus ke pola umum.

Mempelajari orang tertentu bisa berbahaya karena kita cenderung mempelajari contoh ekstrim dan contoh ekstrim sering kali adalah yang paling tidak bisa ditiru di situasi lain karena kompleksitasnya. Makin ekstrim suatu hasil, makin kecil kemungkinan kita bisa menerapkan pelajaran darinya di kehidupan sehari-hari, karena makin besar kemungkinan hasilnya dipengaruhi keberuntungan atau risiko ekstrim.

Kita akan lebih dekat ke pelajaran yagn bisa diterapkan dengan mencari pola umum keberhasilan dan kegagalan. Makin lazim polanya, makin bisa dipakai dalam hidup kita. Mencoba meniru keberhasilan investasi Warren Buffet itu sulit karena hasil Buffet sangat ekstrim sehingga peran keberuntungan dalam hidupnya mungkin besar, dan keberuntungan bukan sesuatu yang bisa ditiru. Namun, menyadari bahwa orang yang punya kendali atas waktunya sendiri cenderung lebih bahagia dalam hidup adalah pengamatan yang cukup luas dan umum sehingga kita bisa melakukan sesuatu mengenainya.

Tidak Ada yang Sebagus atau Sejelek Kelihatannya


Bill Gates pernah berkata, "Keberhasilan adalah guru yang payah, membuat orang pandai berpikir dia tidak bisa kalah." Jadi, ketika keadaan sedang sangat bagus, kita harus menyadari bahwa itu tidak sebagus yang kita pikirkan. Kita bukan tidak terkalahkan, dan juga kita mengakui bahwa keberuntungan memberikan keberhasilan kepada kita, maka kita harus percaya saudara kandungnya, yaitu risiko yang bisa memutarbalikkan cerita kita dengan sama cepatnya.

Namun itu juga berlaku ke arah sebaliknya. Kegagalan bisa menjadi guru yang payah, karena membuat orang pandai berpikir keputusannya buruk, padahal kadang mereka karena sedang sial saja. Trik menghadapi kegagalan adalah menata kehidupan finansial sebaik-baiknya sehingga satu investasi buruk di sini dan satu kegagalan mencapai tujuan finansial di sana tidak membuat kita habis, dan kita masih bisa terus bermain sampai beruntung.

Namun, yang lebih penting adalah bahwa sebagaimana kita mengakui peran keberuntungan dalam keberhasilan, kita juga harus menyadari peran risiko dengan memaafkan diri sendiri dan memberi ruang untuk pengertian ketika menilai kegagalan. Tidak ada yang sebagus atau sejelek kelihatannya.
Advertisement:
Jadi, bab "Keberuntungan dan Risiko" dalam buku The Psychology of Money oleh Morgan Housel mengajarkan kita untuk lebih realistis dalam menilai kesuksesan dan kegagalan. Dengan memahami bahwa keberuntungan dan risiko adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan finansial, kita bisa membuat keputusan yang lebih bijaksana dan lebih rendah hati dalam menghadapi kehidupan keuangan kita.

Versi Video:

The Psychology of Money: Pelajaran Abadi Mengenai Kekayaan, Ketamakan, dan Kebahagiaan
Rp97.000
©2008-2025 - Belbuk.com
Jl. As'syafiiyah No. 60B, Cilangkap, Jakarta Timur 13870
Tlp. 021-22811835 (Senin s/d Jumat Pkl 09.00-18.00 WIB)