The Old Man and The Sea berkisah tentang Santiago, seorang nelayan tua yang berpengalaman. Namun di suatu waktu, ia melewatkan delapan puluh empat hari tanpa menangkap seekor ikan pun. Di masyarakat, ia kemudian disebut sebagai salao, yaitu bentuk terburuk dari ketidakberuntungan. Karena sebutan itulah, Manolin, bocah lelaki kecil yang sering membantunya, dilarang oleh orang tuanya untuk membantu Santiago, dan memintanya untuk membantu nelayan-nelayan lain yang lebih sukses dan lebih banyak menangkap ikan. Betapa mirisnya jika seorang nelayan sudah dicap tak mampu lagi menangkap ikan. Pada hari kedelapan puluh lima, Santiago pergi berlayar sendirian ke Gulf Stream, yang terletak di Samudra Atlantik. Gulf Stream sendiri terkenal dengan arus derasnya. Siangnya, umpannya dimakan oleh ikan marlin yang berukuran sangat besar. Ia tak mampu menarik tali kailnya, malah justru ia yang ditarik oleh ikan itu. Hal itu berlangsung berhari-hari. Meskipun ia terluka, lapar dan lelah, ia tetap bertahan. Ia merasa sangat senang dengan keberhasilannya mendapat ikan marlin yang berukuran besar. Ia membayangkan betapa mahalnya harga ikan itu bila dijualnya di pasar. Bertahun-tahun The Old Man and The Sea dikenang orang sebagai karya sastra klasik versi baru karena gaya penulisannya yang khas. Buku ini dianggap membawa pengaruh yang sangat kuat terhadap gaya penulisan fiksi dalam dunia sastra abad 20 sehingga layak menjadi rujukan hingga kini.