Sinopsis
Manusia di zaman ini harus jujur bahwa “haus akan cinta” itu nyata terjadi dan dialami. Sudah berapa ribu kali Anda mendengarkan lagu-lagu “murahan” tentang cinta? Sudah berapa ratus kali Anda menonton film cinta—entah itu berakhir bahagia atau tragis? Tema tentang cinta seakan tak pernah habis-habisnya dieksploitasi untuk memenuhi rasa haus itu.
The Art of Loving—buku fenomenal karya Eric Fromm yang telah diterjemahkan ke dalam 28 bahasa, dan edisi Amerika sendiri telah terjual sebanyak lima juta eksemplar—meyakinkan pembacanya bahwa semua upaya demi meraih cinta akan gagal jika seseorang tidak terlebih dulu mengembangkan seluruh kepribadiannya; bahwa pemenuhan cinta seseorang hanya dapat diraih dengan kemampuan untuk mencintai orang lain, dengan kerendahan dan keteguhan hati, serta keyakinan dan kedisiplinan.
The Art of Loving ditandai dengan penolakan untuk menyerah pada kegundahan, sebagai usaha nyata untuk mencari makna kehidupan dalam era modern yang penuh keterasingan. Bagi Fromm, cinta adalah “satu-satunya jawaban yang waras dan memuaskan terhadap masalah eksistensi manusia.”