Banyak buku tentang cinta telah ditulis oleh para pengarang, baik yang bernilai sastra tinggi maupun yang berkualitas rendah. Namun buku yang ditulis oleh ulama besar Ibnu Qayyim al-Jauziyah (1292-1350 M) ini memiliki tempat khusus nan tinggi di belantara kitab cinta klasik.
Buku yang aslinya berjudul Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin ini sangat indah, dan layak diapresiasi sebagai sebuah buku sastera bernilai tinggi, bukan semata buku pengetahuan agama. Tanpa sungkan dengan statusnya sebagai seorang ahli fikih dan hadits terkemuka, Ibnu Qayyim dengan lancat bicara dan memperlihatkan kemampuannya yang tinggi di bidang syair, termasuk syair-syair percintaan karya para penyair Arab klasik.
Ibnu Qayyim mampu memotret realitas yang ada di masyarakat dalam kaitannya dengan cinta itu, seperti tentang para pecinta yang dimabuk cinta ('isyq) oleh kekasih mereka. Tapi ia tetap menempatkan agama sebagai batas dalam hubungan antara manusia lain jenis itu.
Inti dari buku ini adalah sebuah pengajaran tentang nilai-nilai cinta yang agung dan suci, yang karenanya 'cinta' mesti dijauhkan dari syahwat yang terlarang, yang hanya akan merusak keagungan dan kesucian cinta itu sendiri. Ibnu Qayyim menawarkan konsep cinta ilahiyah, cinta yang berjalan di atas hukum-hukum Tuhan, bukan cinta rendahan kaum hedonis yang mencuri kata cinta guna menutupi syahwat binatang mereka.*