Sinopsis
Buku ini merupakan sebuah otobiografi dan sekaligus memoar La Mone, tentang kehidupan aktual seorang yatim-piatu, anak gunung, yang mengagumkan. Ibunda tercinta meninggal, tatkala ia kelas 2 SR, kemudian disusul ayahandanya, ketika bocah ini duduk di kelas 5 SR. Ditinggal kedua orang terkasihnya tidak menyurutkan tekadnya. "Sekolah! Sekolah! Sekolah! Aku ingin keliling dunia dengan ilmu dan ridha Allah! "Berkali-kali naik turun rumah mengharapkan belas-kasih keluarga yang kiranya berkenan membantu membiayai sekolahnya. Dia tinggal berpindah-pindah, demi sekolah.
Tidak betah dengan kondisi keluarga dan ekonomi di Bima yang kurang bersahabat, dia kemudian hijrah ke Jakarta. "Aku tidak rela mati kelaparan di tengah-tengah keluarga yang kekenyangan,' berontak jiwanya. "Aku lebih rela mati kelaparan di rantau, yang tak dilihat keluarga", imbuhnya sambil menangis. Di Jakarta yang super sibuk itu pun, dia mencoba keberuntungan. Suka-duka, pahit-manisnya kehidupan dijalaninya dengan semangat dan optimisme yang terukur. Ujian dan cobaan pun datang silih berganti. Di balik ujian dan cobaan itu, insyaa Allah ada yang manis dan enak.
Di Jakarta, La Mone bekerja dengan tekun dan cerdas serta tawakal, yang kemudian mengantarkannya menjadi salah seorang TELADAN yang diberikan Pemda DKI di bidang Pendidikan. La Mone, orang gunung, yatim-piatu itu menjelajahi negara Singapura, Thailand, Hong Kong, Korea Selatan dan Cina untuk mempelajari pelaksanaan pendidikan (Studi Banding).