Sinopsis
Orang bilang, tanah kita tanah surga: kaya sumber daya, indah permai bagai untaian zamrud yang melilit khatulistiwa. Namun, di taman nirwana dunia timur ini, kelimpahan mata air kehidupan mudah berubah menjadi air mata. Kekuasaan datang-hilang, silih berganti membuai mimpi; tapi nasib rakyatnya tetap sama, kekal menderita. Mimpi indah kemerdekaan sebagai jembatan emas menuju perikehidupan kebangsaan dan kewargaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur lekas menjelma menjadi mimpi buruk: tertindas, terpecah-belah, terperbudak, timpang, miskin.
Kanker krisis yang mengiris bangsa ini telah menyerang segala jaringan pembuluh darah dan menembus kedalaman jantung kehidupan. Usaha menyembuhkannya tak cukup dengan memberikan obat penahan rasa sakit. Harus dilakukan operasi mendasar untuk membabat biang penyakit hingga ke akar-akarnya yang terdalam. Revolusi, kata yang pahit diucapkan, tapi tak terhindarkan. Sebuah revolusi yang sesuai dengan nurani kemanusiaan dan warisan luhur kepribadian bangsa, Revolusi Pancasila.
Artinya, Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, tidak cukup menjadi alat persatuan semata, tetapi juga harus menjadi praksis-ideologis yang memiliki kekuatan riil bagi perwujudan perikehidupan kebangsaan dan kewargaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Singkat kata, apa yang harus kita lakukan adalah mengobarkan Revolusi Pancasila!