“Kesucian itu setengah dari iman”—hadis ini jelas tidak sedang membicarakan kebersihan yang, sekadar membilaskan air pada tubuh namun pada saat bersamaan membiarkan batin dipenuhi hal-hal keji dan kotor.
Lantas bagaimana bersuci yang seharusnya? Berbeda dengan buku fiqih pada umumnya, dalam buku ini Al-Ghazali menekankan dua prinsip “emas” dalam bersuci. Pertama, prinsip kemudahan dalam pelaksanaan tata cara lahiriah bersuci sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Saw. dan para sahabat r.a. Kedua, menghayati keindahan batiniah pada setiap gerak dan tata cara bersuci.
Prinsip kemudahan dan keindahan tersebut senantiasa menjiwai penjelasan Al-Ghazali yang mencakup tiga macam bersuci, yakni: 1) bersuci dari najis; 2) bersuci dari hadas kecil dan besar; dan 3) bersuci dari kotoran badan seperti membersihkan kuku dan rambut.
TENTANG PENULIS
Al-IMAM ABU HAMID AL-GHAZALI Adalah seorang ahli ketuhanan dan filsuf yang besar, lahir di Thus, Iran. Karya-karya besar Imam Ghazali dipelajari dan dibaca orang, diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Bukunya yang sangat terkenal, Ihya Ulum Al-Din, berisi pandangan yang mendalam tentang masalah-masalah ketuhanan, akhlak, dan tasawuf. Mengenai filsafat ia menulis Tahafut Al-Falasifa, membahas masalah-masalah filsafat, terutama Neo-Platonisme dan filsafat Yunani serta pengaruhnya dalam metafisika. Imam Ghazali mendapat julukan “Hujjatul Islam” karena pandangannya yang sangat luas dan dalam tentang ajaran-ajaran agama dan ketuhanan dalam Islam.