Sinopsis
Meski secara formal Muhammadiyah menyebut dirinya “gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi mungkar”, tetapi berbagai identitas lain dipakai untuk menyebut gerakan ini: Islam Modernis, Islam Reformis, Islam Murni, Islam Puritan, Islam Moderat, Islam Progresif, Islam Berkemajuan, atau bahkan Islam Wahabi. Buku ini di antaranya menganalisis berbagai identitas tersebut dan secara lebih khusus menguraikan geneologi dari identitas yang saat ini dipromosikan Muhammadiyah, yaitu Islam Berkemajuan.
Berbeda dari gerakan Islam Modernis yang berpijak pada ajaran Surah al-Ma'un, landasan teologis dari Islam Berkemajuan adalah ajaran K.H. Ahmad Dahlan tentang Surah al-'Ashr. Etos dari Surah al-‘Ashr bukan sekadar berbicara tentang kewajiban menyantuni orang-orang miskin, tetapi juga kewajiban berproses untuk membentuk peradaban utama. Dimensi waktu menjadi suatu yang dominan dalam al-'Ashr dan ini yang dibutuhkan ketika manusia hidup di suatu era di mana waktu menjadi sangat nisbi, terutama karena percepatan teknologi komunikasi dan transportasi.
Selain isu identitas, buku ini membahas beberapa isu penting, sensitif, dan bahkan kontroversial sejak Muktamar Aceh 1995 hingga Muktamar Makassar 2015. Di antaranya adalah mars Sang Surya, dakwah kultural, Wahabisasi, fundamentalisme, high politics, dan internasionalisasi Muhammadiyah. Bagaimana Muhammadiyah merespons berbagai isu tersebut di bawah kepemimpinan Amien Rais, Syafii Maarif, dan Din Syamsuddin? Jawabannya dapat ditemukan di sini. Karena itulah, buku ini menjadi penting bagi mereka yang ingin mengetahui secara mendalam tentang perkembangan kontemporer organisasi Islam modern terbesar di Indonesia ini.