Sinopsis
Buku ini tentang Biografi Muhammad Syafi’i, pria yang lahir 1 November 1961 di Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Muhammad (Mhd) Syafi’i yang pada masa kecil dan remaja terbiasa masuk hutan keluar hutan dan ke laut bagaikan nelayan benaran, nyatanya pada usia dewasa silih berganti kesuksesan yang diraih berkat kegigihan dan perjuangan pantang mundur setelah hijrah ke kota besar. Dalam kisah hidupnya yang diungkap dalam buku ini, Mhd. Syafi’i sudah sejak bayi punya keberanian luar biasa dengan berbagai bukti dalam catatan dan ingatan saudara-saudaranya. Rupanya ada rahasia Illahi di balik kesemua itu. Pada usia dewasa, tanpa disadari, Mhd. Syafi’i itu mampu melakukan berbagai terobosan luar biasa sehingga telah menempatkan dirinya sebagai anak desa yang pernah tinggal di hutan bersama sederetan nama-nama orang penting dan sukses di Provinsi Sumatera Utara dan malah di Indonesia.
Buku ini bukan hanya mengungkap kisah hidup Mhd.Syafi’i semata tetapi juga asal usul berdirinya Negeri Batu Bara yang punya keterkaitan dengan sejarah Minangkabau Pagaruyung. Demikian pula Mhd. Syafi’i, walau dia merupakan tokoh Masyarakat Melayu Sumatera Utara, ternyata punya garis keturunan dengan Kerajaan Alam Minangkabau, ibu dan neneknya berasal dari Kerajaan Lima Laras, salah satu dari empat Kerajaan pecahan Batu Bara, yakni Lima Puluh, Tanah Datar dan Lima Laras plus Boga.
Isi buku ini juga turut memperjelas tentang Deklarasi Bukit Marapalam yang dikaitkan dengan Perang Padri di Minangkabau masa lalu. Menurut Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Minangkabau Pagaruyung Darulqarar Sultan Dr. H, Mhd. Farid Thaib, Perang Padri (1803-1838) adalah murni perang melawan Belanda dan bukan perang kaum adat dari aliran Ahli Sunnah Waljamaah dan Syiah melawan kaum agama dari aliran Wahabi dan Salafi. Katanya, tidak pernah ada aliran Syiah di Minangkabau dan Deklarasi Bukit Marapalam, di kawasan Pagaruyung, dengan mengikrarkan: “ Adat bersendi Syara’ dan Syara’ bersendi Kitabullah” bukan tahun 1837 tetapi pastinya adalah tahun 1403, jauh sebelum Belanda masuk ke Pagaruyung dan menjajah Indonesia.