Buku ini mengeksplorasi keluasan Hamka itu, untuk melengkapi informasi tentangnya yang—mungkin—selama ini hanya diserap setengah-setengah. Sebagai penganut ‘Islam Pembaharuan’ Hamka tak canggung membaca doa qunut. Dalam persepsinya pula pemahaman Wahabi menjadi lebih ‘netral’. Bagaimana bisa begitu? Karena, sekali lagi, Hamka itu luas. Maka, jangan memandangnya dengan ‘kacamata kuda’