Sinopsis
Buku ini hadir dengan asumsi dasar bahwa kehadiran karya tafsir di Indonesia dari orang Indonesia dari generasi ke genarasi , seperti tafsir al-Azhar dan al Mishbah, menunjukkan adanya kegiatan pembacaan dan pemahaman ter
hadap al-Qur’ an yang diorientasikan untuk konteks ke-Indonesiaan Per
temuan tersebut memnpertegas adanya proses kebudayaan dalam penafsiran al-Qur an.
Asumsi tafsir sebagai proses kebudayaan di atas mendorong studi
untuk menganalisis dinamika pertemuan antara dunia teks al-Qur’an dan
dunia penafsir Indonesia. Karya tafsir Tafsir al-Qur an Indonesia yang akan
dianalisis yakni Tafsir af-Azhar karya Hamka yang ditulis tahun 1960-an
saat dipenjara; dan Tafsir al-Mishbáh karya M. Quraish Shihab ditulis tahun
2000-an saat menjabat duta besar. Hamka adalah ketua MUI pertama, dan
Quraish Shihab adalah pengurus MUl tahun 1980. Hamka adalah pengurus
Muhammadiyah, sedangkan Quraish Shihab adalah pengurus NU.
Buku ini mengulas kisah-kisah lbrahim dan Musa. Karena keduanya
memuat sejumlah tema-tema penting dilihat dari sudut pandang
antropologi kebudayaan. Sebuah diskusi pencarian agama dan nilai baru
keluarga. dan hubungan antaranggota keluarga, serta relasi antara keluarga
dengan pewarisan nilai-nilai agama.
Buku ini mempertegas bahwa hadirnya sebuah karya tafsir atas
ayat-ayat al-Quran mengundang perdebatan, bukan saja tentang
keabsahan suatu teks, tetapi bagaimana sebuah sejarah membolehkan
pembacaan sebuah teks dan bagaimana suatu konteks sosiologis
menyediakan sudut pemosisian di dalam menyoroti teks tanpa melepaskan
hubungan inter-tekstual itu sendiri. Buku ini adalah harapan, sebagai karya
yang menyatakan pentingnya kolaborasi di dalam pendekatan agar
pemahaman atas persoalan yang kompleks dapat disederhanakan.
-Prof. Dr. Irwan Abdullah
(Departemen Antropologi. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada)