Sinopsis
Dalam penelitian mengenai brain scan dua neurologist Amerika, Andrew Newberg, MD dan Mark Robert Waldman, menemukan bahwa otak memproduksi image, konsep dan rasa tentang Tuhan yang berbedabeda. Memang, otak, merupakan mesin yang membuat kita beriman (abelief engine). Begitu iman terbentuk, otak mulai mencari dan mencari bukti-bukti untuk konfirmasi dan mendukung iman tersebut. Oleh Michael Shermer hal ini disebut dengan “belief-dependent realism”.
Para grand master spiritualitas yang dibahas di dalam buku ini menyatakan bahwa Tuhan dalam konsep teologi dan Tuhan yang ada dalam doktrin merupakan ciptaan umat beriman dan Lembaga agama, digunakan sebagai konstruksi manusia dalam bahasanya yang terbatas, untuk menjelaskan sesuatu yang tidak terbatas. Sekalipun berguna, akan tetapi perlu dibedakan dengan “the Godhead,” hakikat yang benar dari Tuhan yang melampaui cakupan bahasa manusia dan kategorisasi. Mengakui adanya perbedaan antara Tuhan (“the Godhead”) dengan “Tuhan yang diciptakan” akan memberikan kita kemampuan untuk melihat dengan “mata” Tuhan (the ability to see with the eye of God). Dengan “mata” ini, seseorang mampu memandang keanekaragaman yang ada (the diversity of created order) dengan perspektif yang jauh lebih luas dan tidak terbatas.
“Tuhan yang tidak melebihi Tuhan bukanlah Tuhan. Tuhan yang terkungkung dalam suatu bahasa, dibatasi oleh definisi tertentu, dikenal dengan nama tertentu yang telah menghasilkan bentuk kendali sosio-kultural tertentu, bukanlah Tuhan tetapi telah menjadi suatu ideologi agama,” demikian kata Dorothee Soelle.