Sinopsis
Buku ini merupakan hasil penelitian tentang subaltern perempuan banjar dalam tradisi Kawin Anom (kawin muda). Menguak ketertindasan perempuan dalam konteks budaya lokal yang dialami sejak zaman kolonial hingga saat ini (poskolonial). Warisan kawin anom berlangsung secara terus-menerus dan menjadi sebuah tradisi. Transformasi budaya kawin anom dimulai dari sistem perjodohan sampai pada pergaulan bebas anak-anak muda. Kawin anom direproduksi dalam fungsi sosial, budaya, dan ekonomi, sehingga berdampak pada ketertindasan perempuan yang melakukan kawin anom.
Pengalaman perempuan kawin anom (life history) merupakan bagian penting dari studi etnografi feminis dalam tulisan ini. Budaya patriarkhi yang tertanam sejak zaman kolonial menjadi sebuah gambaran hidup mereka yang kuat. Penderitaan selama kawin anom berlangsung mereka lakonkan hanya karena rasa malu dan mempertahankan sebuah perkawinan. Padahal, sejak awal menikah mereka juga tidak mengetahui apa sebenarnya arti sebuah perkawinan. Perempuan menjadi tertindas manakala agama dan budaya juga dikaitkan dalam kehidupan mereka tanpa landasan yang sebenarnya. Ketertindasan perempuan dalam kehidupan rumah tangga sejak melakukan kawin anom dapat berdampak secara sosiologis dan psikologis pada mereka. Perempuan juga kerap menjadi korban kekerasan, seperti terjadinya KDRT dan gangguan reproduksi. Bahkan perempuan mengalami ketertindasan dalam hubungan suami istri.
Gambaran perempuan di India yang mengalami subaltern menjadi sebuah benang merah dari kisah perempuan kawin anom pada Suku banjar di daerah penelitian. Namun perlawanan yang digambarkan Gayatri Spivak sebagai kelompok subaltern yang tak mampu berbicara menjadi sebuah subaltern baru (new subaltern) bagi mereka. Keberanian perempuan untuk melawan justru menjadikan ketertindasan baru lagi di dalam kehidupan. Perempuan muda terpaksa hidup menanggung anak bahkan tanpa kejelasan status secara formal.
Buku ini menyajikan sebuah pengalaman hidup bagi kaum perempuan yang mengalami ketertindasan