Tweet |
Topik:
|
Jika Ingin Sukses, Jatuh Cintalah pada KebosananOleh Belbuk.com, 20/03/2025
![]() Pada tahun 1955, seorang anak sepuluh tahun datang meminta pekerjaan ke Disneyland yang baru dibuka. Kala itu undang-undang tenaga kerja masih longgar. Ia diberi pekerjaan sebagai penjual buku panduan. Dalam setahun, ia dipindahkan ke toko sulap Disney. Tak lama kemudian ia mendapati bahwa yang disukainya bukan pertunjukan sulap melainkan melawak secara umum. Ia pun menetapkan cita-cita menjadi pelawak. Advertisement:
Ia, yang masih berusia belasan tahun, mulai tampil di klub-klub kecil di sekitar Los Angeles. Pengunjungnya sedikit dan waktu tampilnya singkat dan ia jarang naik panggung lebih dari lima menit. Pernah ia tampil dengan aksi stand-up di sebuah klub yang tanpa penonton. Lama-kelamaan penampilannya bertambah baik. Sekitar SMA, materi lawakannya berkembang dan ia bisa tampil selama lima menit. Beberapa tahun kemudian, ia mampu tampil sepuluh menit. Ketika berusia sembilan belas tahun, ia tampil seminggu sekali dengan jatah dua puluh menit sekali tampil. Ia menghabiskan sepuluh tahun lagi untuk bereksperimen, melakukan penyesuaian, dan berlatih. Pada pertengahan 1970-an, ia berhasil tampil sebagai bintang tamu reguler di The Tonight Show dan Saturday Night Live.
Akhirnya, setelah lima belas tahun bekerja keras, orang muda ini menjadi terkenal. Ia melawat ke 60 kota besar dalam 63 hari. Ia mendapat 18.695 penonton dalam suatu pertunjukan di Ohio. Ia berhasil meraih puncak dalam genre-nya dan menjadi salah seorang pelawak paling sukses di eranya. Ia bernama Steve Martin. Kisah Martin menawarkan perspektif yang memesona tentang apa yang dipilihnya untuk mempertahankan kebiasaan dalam jangka panjang. Sulit membayangkan situasi yang menghunjam jantung kebanyakan orang ketika tampil sendirian di panggung dan gagal membuat seorang pun tertawa. Namun, Steve Martin berhadapan dengan ketakutan seperti itu setiap minggu selama delapan belas tahun. Ia berkata, "Sepuluh tahun untuk belajar, empat tahun untuk menyempurnakan, dan empat tahun untuk sukses besar." Mengapa sebagian orang, seperti Martin, bertahan dengan kebiasaan-kebiasaan mereka padahal kebanyakan kita sulit untuk tetap termotivasi? Bagaimana kita merancang kebiasaan-kebiasaan yang membuat kita tertarik mendekat, bukan malahan menjauh? Ilmuwan menemukan bahwa mempertahankan motivasi dan meraih hasrat memuncak adalah mengerjakan tugas dengan "tingkat kesulitan yang masih terkendali". Otak manusia menyukai tantangan, tapi hanya jika berada dalam zona kesulitan yang optimal. Bila senang bermain tenis dan berusaha bermain serius melawan anak berusia empat tahun, kita akan segera menjadi bosan. Itu terlalu mudah. Sebaliknya, jika bermain melawan pemain profesional seperti Roger Federer atau Serena Williams, kita akan dengan cepat kehilangan semangat karena pertandingan terlalu sulit. Sekarang pertimbangkan bermain tenis melawan orang yang setara. Selama pertandingan, kita memenangkan beberapa angka dan kehilangan beberapa angka. Kita mempunyai peluang yang baik untuk menang, tapi hanya jika kita sungguh berusaha. Fokus kita menguat. Perhatian kita tak mudah teralihkan, dan kita mendapati diri tertarik sepenuhnya pada apa yang sedang kita lakukan. Ini tantangan, tapi dengan tingkat kesulitan yang masih terkendali, dan merupakan contoh pertama untuk Aturan Goldilocks. Aturan Goldilocks menyatakan bahwa manusia mengalami motivasi puncak ketika sedang mengerjakan tugas-tugas yang tepat berada di tepi terluar kemampuannya saat ini. Tidak terlalu sulit. Tidak terlalu mudah. Tapi pas. Karier komedi Martin adalah contoh yang sangat bagus tentang penerapan Aturan Goldilocks. Tiap tahun, ia memperpanjang penampilan komedi - tapi hanya satu atau dua menit. Ia selalu menambahkan bahan baru, tapi juga mempertahankan beberapa lelucon yang dijamin membuat orang tertawa. Cukup banyak kemenangan membuatnya tetap termotivasi, tapi kesalahan yang timbul juga cukup untuk membuatnya tetap bekerja keras. Ketika kita memulai kebiasaan baru, penting untuk mempertahankan perilaku itu semudah mungkin sehingga kita dapat bertahan meski keadaan sedang tidak ideal. Namun, begitu kebiasaan menjadi mapan, penting untuk terus maju meski hanya sedikit. Perbaikan dan tantangan kecil ini membuat kita tetap sibuk. Dan bila kita sampai tepat ke Zona Goldilocks, kita dapat meraih kondisi flow. Aturan GoldilocksKondisi flow adalah pengalaman berada "dalam zona itu" dan terhanyut sepenuhnya dalam suatu aktivitas. Ilmuwan mencoba membuat kuantifikasi untuk perasaan ini. Mereka menemukan bahwa untuk mencapai kondisi flow, suatu tugas harus kira-kira 4% di atas kemampuan kita saat ini. Gagasan pokoknya adalah mengerjakan tantangan dengan tingkat kesulitan yang masih terkendali sehingga motivasi tetap bisa dipertahankan. Kita perlu secara teratur mencari tantangan yang mendorong kita sampai ke batas sambil terus meraih kemajuan yang cukup agar tetap termotivasi. Perilaku perlu tetap terasa baru agar tetap menarik dan memuaskan. Tanpa keragaman, kita menjadi bosan. Dan kebosanan mungkin adalah musuh paling besar dalam melakukan penyempurnaan diri. Cara Tetap Berfokus Ketika Kita Bosan Memperjuangkan Sasaran KitaSeorang pelatih angkat berat terkenal, yang telah melatih ribuan atlet dan termasuk sejumlah atlet Olimpiade, mengatakan bahwa yang membedakan atlet yang sukses adalah kemampuan mereka mengatasi kebosanan berlatih setiap hari, yaitu melakukan hal yang sama berulang-ulang. Dia menambahkan bahwa orang yang sungguh sukses juga merasakan kurangnya motivasi seperti semua orang lain. Bedanya adalah mereka masih mencari cara untuk tetap datang berlatih meskipun sebetulnya merasa bosan. Menguasai sesuatu mengharuskan orang berlatih. Namun, makin sering orang berlatih, makin membosankan rutinitas yang dijalani. Begitu seorang pemula mulai merasakan hasil, minat mulai pudar. Yang harus dilakukan adalah datang ke sasana beberapa hari berturut-turut dan membiarkan satu hari berlalu tanpa terlalu terasa. Segalanya berjalan dengan baik. Ancaman terbesar atas kesuksesan bukanlah kegagalan melainkan rasa bosan. Kita menjadi bosan dengan kebiasaan ketika kebiasaan itu tak lagi membuat kita bersemangat. Hasilnya dapat diduga. Dan ketika kebiasaan itu menjadi biasa, kita mulai merusak kemajuan dalam mencari hal-hal baru. Barangkali ini sebabnya kita terperangkap dalam lingkaran, pindah dari satu latihan ke latihan berikutnya, dari satu gagasan bisnis ke gagasan lain. Begitu mengalami sedikit penurunan motivasi, kita mulai mencari strategi baru - bahkan seandainya yang lama masih berhasil. Titik hasrat yang pas terjadi pada irisan 50/50 antara sukses dan gagal. Dalam setengah rentang waktu kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Dalam setengah rentang waktu kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Yang kita perlukan hanyalah "kemenangan" yang cukup untuk mengalami kepuasan dan cukup untuk "ingin" mengalami hasrat tersebut. Ini salah satu manfaat dari mengikuti Aturan Goldilocks. Jika kita sudah tertarik pada suatu kebiasaan, melawan tantangan dengan kesulitan yang masih terkendali adalah cara yang baik untuk membuat sesuatu tetap menarik. Saat kita berusaha memulai suatu kebiasaan dan terus mempertahankannya, akan ada hari-hari ketika kita merasa ingin berhenti. Ketika memulai suatu bisnis, akan ada hari-hari ketika kita merasa tidak bersemangat. Ketika tiba waktu untuk menulis, akan ada hari-hari ketika kita merasa tidak ingin mengetik. Namun, kita terus melakukannya meskipun sedang kesal, tidak nyaman, atau malas melakukannya. Itulah yang memunculkan perbedaan antara profesional dan amatir. Profesional memilih taat pada jadwal; amatir memilih melewatkan kewajiban. Profesional tahu mana yang penting bagi mereka lalu melakukan kewajibannya dengan sadar; amatir mundur dari kewajiban dengan alasan ada yang lebih mendesak dalam hidup mereka. Kita tidak ingin menjadi atlet, penulis, atau apa pun lainnya yang beraksi hanya ketika situasi sedang ramah. Ketika suatu kebiasaan sungguh penting bagi kita, kita harus bersedia mempertahankannya dalam suasana hati apa pun. Profesional bertindak bahkan ketika suasana hati sedang tidak mendukung. Mereka mungkin tidak menikmatinya, tapi mereka punya cara agar kewajiban tetap dijalankan. Satu-satunya cara untuk menjadi hebat adalah terus bersemangat ketika mengerjakan hal yang sama berulang-ulang. Kita harus jatuh cinta pada kebosanan. Advertisement:
Jadi bab "Aturan Goldilocks: Bagaimana Tetap Termotivasi dalam Hidup dan Pekerjaan" dalam buku Atomic Habits karya James Clear mengajarkan bahwa untuk tetap termotivasi dalam hidup dan pekerjaan, kita harus menemukan tantangan yang berada dalam zona Goldilocks—cukup sulit untuk membuat kita berkembang tetapi tidak terlalu sulit hingga membuat kita menyerah. Dengan menjaga keseimbangan ini dan mendapatkan umpan balik yang jelas, kita bisa terus maju dan mempertahankan kebiasaan dalam jangka panjang.
|