Tweet |
|
Harga: Rp89.000
|
“Aku pasti mengabdi!”
Kalimat itulah yang selalu bergema dalam diri para penerima beasiswa LPDP. Kesempatan besar yang telah diberikan oleh pemerintah Indonesia tentu tak boleh disia-siakan. Dan, kontribusi pemikiran menjadi salah satu jalan pengabdian. Saat ini, Indonesia tengah berlari menuju posisi penting di kancah internasional. Misi besar itu akan diwujudkan dalam “Indonesia Emas 2045”.
Melalui misi tersebut, dalam buku ini, para peraih beasiswa LPDP menuangkan gagasan besarnya dalam berbagai bidang. Melalui esai-esai kritis dan penuh inovasi segar inilah, mereka berusaha membangun Indonesia sebagai negara membanggakan bagi generasi anak cucu kita kelak.
Suplemen Istimewa
• Informasi terbaru beasiswa LPDP
• Tip mendapatkan LoA
• Tips interview
• Tips menulis essay
“Membaca Indonesia 2045 bukan sekadar menikmati mimpi, tetapi juga merayakan ide-ide gemilang untuk kemajuan Indonesia yang niscaya. Para awardee LPDP dari berbagai bidang keahlian secara kritis menelaah berbagai isu “kekinian” disertai solusi yang konstruktif-realistis dengan penuh sikap optimistis. Semangat mereka membuat saya yakin, kita semua sangat siap menyongsong Indonesia Negara Maju!”
—Reza Sukma Nugraha, Dosen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret
“Buku yang sangat menarik, dari judulnya saja sudah menggetarkan. Membacanya mampu memberikan roh dan spirit baru bagi kita bahwa Indonesia tak serapuh yang kita kira, Indonesia memiliki optimisme dan harapan besar untuk mampu menghadapi tantangan masa depan dan kembali gemilang pada 2045.”
—Makhmud Kuncahyo, Personality Improvement Trainer, Inspiring Writer, Founder School of Speech
“Hal besar bisa terwujud dari mimpi. Indonesia dapat terus berkembang dan mampu bersaing dengan negara-negara lainnya berawal dari mimpi para generasi mudanya. Buku ini menginspirasi para calon pemimpin masa depan untuk berani bermimpi dan berkontribusi membangun negara Indonesia.”
—Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia (BAPPENAS)
“Tahun 2045 telah ditetapkan sebagai tahun generasi emas. Seratus tahun Indonesia merdeka. Apa yang bisa kita sumbangkan untuk negara? Amalia Indah Sujarwati telah mengispirasi kita untuk membangun bangsa dengan fondasi ekonomi kreatif yang menyasar pada bidang infrastruktur, pembiayaan, sdm, dan regulasi. Fondasi ini tepat sasaran, seiring dengan piramida pekerjaan masa depan. Pekerjaan rutin akan digantikan dengan sistem automasii, sedangkan pekerjaan yang masih membutuhkan otak manusia adalah pekerjaan kreatif. Saya secara pribadi mendorong Amalia untuk terus mengkaji perkembangan ekonomi kreatif sampai menemukan model yang tepat untuk pembangunan industri kreatif pada masa datang. Proficiat untuk Amalia dan penulis muda kreatif yang telah menyusun buku ini menjadi salah satu tonggak sejarah pendidikan di Indonesia.”
—Kuntari Eri Murti, pemerhati industri kreatif
“Menulis itu berpikir dan berpikir itu adalah amunisi untuk menulis. Pengertian yang didapat dari proses ini wajib ditransfer ke ranah publik, kepada masyarakat luas. Buku ini adalah untaian permata yang dihasilkan oleh putra dan putri anak bangsa terpilih. Wajib dibaca.”
—Wim Tangkilisan, tokoh media massa nasional
”“Assalamualaikum. Saya merasa bersyukur kepada Allah Swt. membaca tulisan-tulisan dalam berbagai bidang disiplin keilmuan yang ditulis oleh Ikatan Awardee penerima beasiswa LPDP (Mata Garuda). Generasi muda ini memiliki cita-cita yang luar biasa untuk masa depan NKRI yang sama-sama kita cintai. Ada sembilan topik dibahas dalam buku ini yang sangat perlu untuk dibaca dan dipahami dalam menyongsong Indonesia 2045. Buku ini mencerminkan tanggung jawab dan rasa memiliki mereka terhadap masa depan Indonesia.
—Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, M.S., Direktur Pasca Sarjana UIKA Bogor
“Buku yang mengungkap pemikiran brilian dari generasi emas penerus bangsa. Buku yang menggambarkan optimisme dan mendorong gairah hidup lebih maju dan bermakna dalam percaturan dunia. Saya percaya bahwa Indonesia Jaya. Karya ini adalah bukti bahwa Indonesia masih punya masa depan.”
—Waryono, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sunan KalijagaYogyakarta
“Buku ini sangat menarik karena terdiri atas topik yang sangat beragam sehingga pembaca dapat menyelami dan mengetahui berbagai spektrum pandangan penulis berdasarkan latar belakang pendidikan dan profesi mereka yang berbeda-beda. Pada awalnya, sebagai pembaca, saya merasa agak bingung dan tidak tahu akan dibawa ke mana oleh tulisan-tulisan tersebut. Namun, kebingungan itu hanya sebentar, dan kemudian terasa unsur perbedaan latar belakang dan sudut pandang justru
semakin membawa ke arah keasyikan tersendiri. Buku ini dapat menjadi instrument instant bagi pembaca sehingga dapat ikut memahami berbagai spektrum disiplin. Khusus bagi mahasiswa, buku ini dapat dipakai sebagai salah satu bacaan referensi untuk mengasah kemampuan menulis karya ilmiah dengan baik. Karena salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh karya ilmiah adalah kejelasan dan kesederhanaan dalam menguraikan ide dalam karya tulis. Topik-topik yang tampil dalam berbagai artikel buku ini cukup memenuhi syarat untuk mudah dipahami sehingga pembaca dapat mengerti substansi yang dituliskan dalam artikel-artikel nya.”
—Syahrial Loetan, pemerhati perencanaan pembangunan Nasional
“Menulis merupakan kewajiban setiap akademisi dalam rangka mencerdaskan masyarakat, sekaligus buah pikiran yang mesti diimplementasikan dalam hidup keseharian masyarakat. Indonesia butuh sumber daya manusia seperti ini. Mari tingkatkan karya tulismu demi pembangunan Ibu Pertiwi.”
—Dwi Wahyu Atmaji, Sekretaris Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi
“Sektor pangan, energi, dan air adalah sumber kekuatan masa depan sebuah bangsa. Olehnya itu, kedaulatan pangan adalah harga mati bila ingin Indonesia diperhitungkan di dunia internasional. Mewujudkan kedaulatan dan kemandirian pangan, bukanlah pekerjaan gampang. Di sana diperlukan sebuah komitmen dan militasi yang kuat dari seluruh kompenen bangsa. Sinergi dan kerja bersama adalah kata kunci untuk menggerakkan potensi besar bangsa ini.
“Dan di atas segalanya, adalah keberpihakan kita kepada petani. Menjadikan petani sebagai ‘pahlawan’ dan memuliakannya dengan kesejahteraan. Tanpa semangat dari para petani untuk bekerja, bisa dibayangkan apa yang bakal terjadi di negeri ini. Maka, mengembalikan semangat petani adalah kerja awal membangkitkan sektor pertanian Indonesia. Semangat yang kita wujudkan dalam membangun paradigma baru pertanian Indonesia, yang modern, tapi tidak melepas kultur dan kearifan lokal masyarakat.”
—Amran Sulaiman, Menteri Pertanian
Sutrisno | Fredian Tonny Nasdian | Khoirul Rosyadi | Cahyo Pamungkas | Budi Winarno |