Tweet |
|
Sebuah buku yang menjadi cermin perilaku bangsa indonesia terhadap lingkungan dan alamnya Setelah bencana tsunami 26 Desember 2004, banyak pakar menyadari betapa penting hidup harmonis dengan alam. Sandi-sandi alam sebelum tsunami: burung yang terbang berbalik arah, dan serangga yang memanjat keatas gedung bertingkat, menjadi indikator alami akan terjadi bencana besar. Banyak orang lalu menyesal mengapa hutan bakautelah tiada, padahal vegetasi ini mampu turut menghambat--setidaknya mengurangi--gelombang tsunami yang dahsyat. Kita hidup dalam sebuah ciptaan Tuhan yang lebih besar yaitu alam semesta, dan manusia adalah salah satu ciptaanNya yang kacil. Lalu mengapa alam menjadi rusak? Seharusnya manusia mampu hidup harmonis dangan alam. Lalu, apakahselama lima belas tahun terakhir lingkungan hidup dan konservasi alam Indonesia mengalami kemajuan? Mengapa hampir setiap tahun negeri ini dirundung bencana lingkungan: kekeringan, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan? Apakah bangsa Indonesia termasuk yang tidak perduli terhadap lingkungannya? Mungkinkah bangsa ini akan collaps, karena sumber daya alamnya habis dan lingkungannya rusak tercabik-cabik.
Buku ini mencatat track record peristiwa-peristiwa lingkungan bangsa Indonesia dan bagaimana seharusnya sikap kita.
Herman Hidayat | Binoto Nadapdap | La Sara | Wasisto Raharjo Jati | Robert J. Kodoatie |