Sinopsis
Sangat berbeda dari agama, filsafat tidak berkhotbah menjanjikan surga atau mengancam dengan neraka. Misteri di balik tembok maut tidak bisa diterobos pengetahuannya, maka ia tidak berlagak tahu tentang isinya. Filsafat mengajar kita untuk menghadapi kematian apa adanya, dan hal itu mungkin dengan hidup yang baik sekarang ini dan di dunia ini.
Empat renungan filosofis dalam buku ini tidak sekadar menggumuli pertanyaan apa itu kematian atau mengapa manusia mati, melainkan terutama bagaimana menghadapi kematian. Empat sumber tampil ke muka, yaitu filsafat samurai Jepang, Hegel, Heidegger, dan Stoikisme.
Ditulis oleh empat penulis yang lama menggeluti filsafat, buku ini menggugah pembaca untuk hidup baik bukan dengan nasihat-nasihat moral ataupun khotbah, melainkan dengan argumentasi dan analisis tentang maut.
Daftar Isi
Mantap Mati demi Pengabdian: Sebuah Perspektif Jepang tentang Kematian
—S. P. Lili Tjahjadi
Momen Kehidupan sebagai Momen Kematian: Hegel tentang Dialektika Maut
—Fitzerald Kennedy Sitorus
Hidup Menyongsong Kematian: Heidegger tentang Ontologi Maut
—F. Budi Hardiman
Menjinakkan Rasa Takut akan Maut: Belajar dari Stoikisme
—A. Setyo Wibowo