Sinopsis
Begitu ia bertemu orang, senyumnya mengembang dan diikuti dengan sapaan ramah. Ia memang tak canggung menyapa serta memperkenalkan diri lebih dahulu. Itulah gambaran pribadi Ahmad Syaify. Ia laksana teladan kata-kata bijak “sejuta kawan masih kurang, satu musuh terlalu banyak.” Baginya, berteman tidak perlu disertai niat untuk kepentingan atau keuntungan tertentu. Prinsip itu membuatnya luwes dalam berteman. Ia tak membatasi diri untuk berteman dengan siapa pun tanpa memandang umur, pekerjaan atau posisi seseorang. Ia sosok yang egaliter.
Perpaduan tiga profesi yang dilakoninya bisa jadi membentuk kepribadiannya. Sebagai wartawan, ia dituntut terbuka, fleksibel, dan rendah hati. Bidang ini ia geluti tak kurang dari dua puluh tahun. Sebagai dokter gigi, ia tak sekadar pintar, tetapi juga hangat saat menyambut pasien sehingga menghadirkan rasa nyaman. Sebagai dosen, ia tidak hanya berperan sebagai pengajar yang mentransfer pengetahuan, tetapi juga pendidik yang patut diteladani. Dalam ruang kelas ia mengajar serius tetapi santai; di luar kelas ia bergaul dengan para mahasiswa seperti seorang ayah dengan anak-anaknya.
Laksana air, ia memilih jernih dan mengalir. Ia menaklukkan tantangan hidup dengan damai melalui jalan manfaat bagi sesama. Melalui buku ini ia membuka kisahnya, mengajak kita merenungi kehidupan dan memaknainya.