Sinopsis
Ini kali tidak ada yang mencari cinta …
Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Seorang penyair muda, mengawali hidup penuh gelora. Gegap gempita dia masuk gelanggang perjuangan kemerdekaan, dengan deretan puisinya yang menggelegar dan mengobrak-abrik tatanan sastra masa itu.
Chairil ingin merdeka, dia ingin hidup seribu tahun, tanpa harus menghamba pada siapa pun. Tetapi, jiwanya yang bebas pun lambat laun dibebani realita yang tak seindah sastra. Wafat secara tragis menjelang usia ke-27 dan hanya meninggalkan warisan; sepasang sepatu dan kaus kaki hitam, satu ons gula merah, selembar uang rupiah, serta satu map lusuh berisi kertas-kertas sajak kepada mantan istri dan anak tercintanya. Chairil gagal menggenapi mimpi terakhirnya untuk menikahi sang istri sekali lagi.
Ini Kali Tak Ada yang Mencari Cinta, memotret pemberontakan batin Chairil Anwar di tengah amuk cinta dan cita-cita, serta skandal penjiplakan beberapa sajak yang mengguncang kesusasteraan tanah air di era 50-an. Kisah ini juga mengungkap tabir dendam yang disimpan Chairil selama bertahun-tahun. Dendam yang akhirnya membuat hidup sang penyair senantiasa gamang dan merasa terbuang sebagai “Binatang Jalang”.
“Chairil Anwar, ayahku .... Dalam kehidupannya yang tak menentu, dalam kesederhanaannya, dia meninggalkan jejak abadi di kehidupan bangsa ....”
- Evawani Alissa Chairil Anwar
“Ini Kali Tak ada Yang Mencari Cinta adalah sebuah novel yang dibangun dari berbagai hal yang menyangkut Chairil Anwar: puisinya, sejumlah data tentang kehidupannya, zaman yang membesarkannya. Dalam novel ini sejumlah nama yang ada dalam puisi dan kehidupan Chairil muncul sebagai latar dan tokoh, yang oleh penulis ditenun dengan rapi menjadi kisah yang imajinatif.”
- Sapardi Djoko Damono