Sinopsis
Apa beda antara kata ni’mah dan na’im dalam al-Qur’an? Keduanya
bermakna sama: nikmat, tetapi ternyata dalam penggunaan berbeda. Ni ‘mah
berlaku untuk konteks duniawi. Sementara kata na’im digunakan hanya dalam
konteks nikmat akhirat. Segala kenikmatan akhirat dan surgawi tercakup dalam
kata tersebut. Contoh lain: kata khasyyah dan khauf bermakna sama, yakni:
takut. Tetapi al-Qur’an menggunakannya dalam konteks berbeda. Setelah
dilakukan penelitian, kata khassyah bermakna: takut yang muncul dari
keyakinan akan keagungan Zat yang ditakuti. Ketakutan yang dilandasi iman
terhadap Dia yang ditakuti. Khassyah digunakan hanya kepada Allah.
Sedangkan kata khauf memiliki cakupan lebih luas. Bisa bermakna takut
kepada Allah, tetapi juga takut kepada selain Allah. Baik karena serangan atau
teror dari yang ditakuti tersebut.
Ini bukti bahwa al-Qur’an memang luar biasa dari segi bahasa. Dari segi
sastra tiada tertandingi. Pilihan kata atau diksinya luar biasa dahsyat. Sangat
dahsyat dan lembut. Memperhatikan semua aspek. Yang itu pasti tidak
tertandingi oleh buku apa pun. Ini bukti mukjizat bahasa al-Qur’an. Bukti bahwa
ia adalah firman Allah.
Namun, masih ada mukjizat lain yang lebih mencengangkan. Yaitu
mukjizat angka. Tahukah Anda, Kata sabar (shabr) dan pahala (al-ajr) sama-
sama diulang 102 kali. Kata al-hawa (hawa nafsu) dan al-bathil (kebatilan
masing-masing disebut 36 kali. Kata ar-ruku’ dan al-qunut (taat) masing-
masing tercantum 13 kali. Apakah itu semua kebetulan? Tentu saja tidak. Semua
sudah menjadi kehendak Allah. Hal ini sekali lagi menegaskan kemukjizatan al-
Qur’an. Mustahil ada manusia yang bisa menyusun kitab dengan hitungan kata
yang bisa serasi dan pas.
Buku ini juga bertutur ihwal tema-tema penting dalam al-Qur’an, baik
terkait dengan kehidupan, perempuan, akhlak, hukum dan lain sebagainya.
Hampir semua tema disinggung. Dikemas dengan bahasa tanya jawab. Ringkas
dan informatif. Karenanya tidak berlebihan jika disebut:BUKU PINTAR AL-
QUR’AN. Dengan membacanya, wawasan al-Qur’an bertambah, pengetahuan
meningkat. Kita semakin pintar dan cerdas. Akhirnya, kian cinta al-Qur’an dan mengamalkannya.
