Sinopsis
“Ayat Allah dapat dijumpai pada peristiwa atau fenomena alam atau sosial yang sifatnya sangat sederhana. Bisa diamati pada air serasah yang terjun, pada semut yang beriring, pada lebah yang bergantungan, pada bunyi siamang ketika subuh, atau pada kicau murai di pagi hari.
Juga pada dengungan kipasan sayap enggang saat terbang tinggi ….”
Tentang Penulis
Ahmad Syafii Maarif lahir di Sumpur Kudus, Sumatera Barat, tanggal 31 Mei 1935. Pada tahun 2015 ini usianya genap 80 tahun. Menempuh pendidikan sejarah di Northern Illinois University (1973) dan memperoleh gelar M.A. dalam ilmu sejarah dari Ohio University, Athens, Amerika Seri kat (1980). Meraih gelar Ph.D. dalam bidang pemikiran Islam dari University of Chicago, Chicago, Amerika Serikat (1983), dengan disertasi “Islam as the Basis of State: A Study of the Islamic Political Ideas as Reflected in the Constituent Assembly Debates in Indonesia”. Di bidang akademik, menjabat sebagai guru besar sejarah di Institute Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), sekarang menjadi Universitas Negeri Yogyakarta; Institut Agama Islam Negeri Yogyakarta, sekarang menjadi Universitas Islam Negeri; dan Universitas Islam Indonesia. Kini, tercatat sebagai Guru Besar Emeritus di Universitas Negeri Yogyakarta. Dia pernah menjadi dosen tamu di Universitas Kebangsaan Malaysia dan McGill University, Kanada.
Di bidang sosial, dia terlibat aktif dalam organisasi sosial Muhammadiyah, yang didirikan tokoh reformis Muslim Indonesia, Ahmad Dahlan tahun 1912. Perjalanan kariernya sangat cepat. Dia adalah Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah (1995-1999) dan menjabat Pejabat Ketua PP Muhammadiyah (2000) menggantikan posisi Amien Rais yang terjun dalam dunia politik. Pada Muktamar Muhammadiyah tahun 2000 di Jakarta, dia terpilih sebagai pemimpin puncak di Muhammadiyah untuk periode 2000-2005. Meski banyak pihak memintanya untuk menjabat kembali, dia memutuskan mundur dan menjadi Penasihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2005-2010). Untuk mendorong proses demokratisasi dan pembangunan tata sosial yang inklusif, toleran dan pluralis, dia bersama beberapa tokoh penting Muhammadiyah mendirikan MAARIF Institute for Culture and Humanity pada tahun 2003.
Beberapa penghargaan baik nasional maupun internasional telah diraih karena kiprahnya sebagai intelektual-aktivis dan dedikasinya terhadap kemanusiaan. Pada 2008, dia meraih Ramon Magsaysay Award kategori Perdamaian dan Pemahaman Internasional. Selain itu, dia juga pernah menerima Hamengkubuwono IX Award kategori Multikulturalisme (2000), Mpu Pradah Award kategori pluralisme (2009), Habibie Award (2010), IBF Award kategori Tokoh Perbukuan Islam (2011), Nabil Award (2013), Cendekiawan Berdedikasi Harian Kompas (2013), dan UMM Award (2014).
Di dunia internasional, dia adalah Presiden World Confe rence on Religion for Peace (WCRP) yang berpusat di Amerika. Selepas menjabat Ketua PP Muhammadiyah, dia berkonsentrasi mencurahkan gagasan dan pikirannya untuk masalah-masalah bangsa. Tulisannya mengalir di berbagai forum seminar dan media. Beberapa karya tulisnya antara lain adalah Gerakan Komunis di Vietnam, Meng¬apa Vietnam Jatuh Seluruhnya ke Tangan Komunis?, Aspirasi Umat Islam Indonesia (tulisan bersama), Percik¬-Percik Pemikiran Iqbal (bersama Mohammad Diponegoro), Dinamika Islam: Potret Perkembangan Islam di Indonesia, Duta Islam untuk Dunia Moderen (bersama Mohammad Diponegoro), Islam, Kenapa Tidak! dan Orientalisme dan Humanisme Sekuler (bersama DR. M. Amien Rais), Masa Depan dalam Taruhan (2000), Mencari Autentisitas dalam Kegalauan (2004), Meluruskan Makna Jihad (2005), Menerobos Kemelut (2005), Menggugah Nurani Bangsa (2005), Titik-¬Titik Kisar di Perjalananku (2006, diterbitkan ulang tahun 2009), dan Tuhan Menyapa Kita (2006), Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan (2009, edisi kesatu), Gilad Atzmon: Catatan Kritikal tentang Palestina dan Masa Depan Zionis (2012), dan Memoar Seorang Anak Kampung (2013).