Sinopsis
Semenjak kelahirannya, Muhammadiyah membangkitkan kondisi umat Islam dan bangsa Indonesia menuju cita-cita Islam yang berkemajuan sekaligus Indonesia berkemajuan. Kiprah para tokoh Muhammadiyah—semisal KH. Ahmad Dahlan, KH. Mas Mansur, Kiai Misbah, Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, Djarnawi Hadikusumo, KH. AR. Fachruddin, Prof. Amien Rais, Buya Syafii Maarif, dan Prof. Din Syamsuddin—dalam jangkar sejarah Islam dan bangsa Indonesia merupakan mercusuar yang menerangi etos dan spirit para kader dan warga Muhammadiyah.
Para tokoh itu, masing-masing memiliki karakter dan pesonanya. Mereka adalah anak-anak zaman yang telah bertarung dalam "tempus" dan "lokus" yang variatif problematika dan solusinya. Namun, di tengah keragaman dan perbedaan itu, para tokoh itu mewariskan cetak biru bersyarikat dan berbangsa; konsistensi, integritas, loyalitas, muruah, dan kebanggaan. Dalam hal ini, Muhammadiyah telah melahirkan manusia-manusia tangguh, ulet, mandiri, dan istiqamah dalam perjuangan dan pencapaian cita-cita mulia, yakni baldatun thayyibatun wa rabbun ghafurun, tata tentrem karta raharja.
Buku ini merupakan serpih-serpih dan narasi testimonial para kader dan aktivis Muhammadiyah: mengapa mereka terpesona, bergabung, dan menjadi penggerak Persyarikatan Muhammadiyah. "Menjadi Muhammadiyah/ Becoming Muhammadiyah" menandai sebuah proses panjang dan kadang berliku. Ia merupakan "kata kerja" yang selalu bergerak melalui "jeram" dan "zaman", "saat" dan "tempat", "puak" dan "lapak". Karena itulah, proses "menjadi" tidak bisa dihukumi secara final sebagai sebuah "benda mati" atau "hasil akhir".